Sekar Kedaton dan Eksistensinya


Tak banyak yang tahu bahwa diantara villa-villa indah di Kaliurang terdapat museum seni dan budaya yang sangat-indah-nian-sekali ini. Letaknya yang berada di Taman Kaswargan (Taman Surga) membuatnya selalu lembab dan basah.

 
Anda tak boleh sembarangan masuk museum ini. Setiap pengunjung punya jatah kloter sendiri sesuai jam yang berlaku,tentunya dengan fasilitas tour guide. Kenapa harus dengan guide? Karena saya berani jamin anda sangat mungkin untuk tersesat di lorong-lorong dan labirin tertentu. Jadi,dengan tiket masuk seharga Rp 15.000 (bagi pelajar, umum Rp 25.000 mahal ? kan swasta.. ) anda sudah mendapatkan guide + minuman (empon-empon). Oh,ya.. anda juga dilarang membawa tas ransel kedalam museum,ada tempat penitipan khusus untuk tas anda.




Saat pertama kali anda masuk area museum yang mirip hutan itu,maka akan tercium aroma leci (bukan karena ada pohon leci,tp karena lantainya dipel pake aroma leci.. :D ) . kami langsung disambut oleh seorang wanita berjilbab (namanya mb widhi kalo ga salah, beliau lulusan sastra perancis ugm dan kenal banyak anak al-uswa..) dan pepohonan lebat dengan arsitektur yang sangat berseni (namanya juga museum seni budaya). Dan karena letaknya yang berada di kaliurang, maka udaranya sangat sejuk dan anda tak akan merasa lelah atau kepanasan. Kita juga akan dijelaskan tentang kata Ullen Sentalu yang merupakan kependekan dari : Ulating Blencong Sejatining Tataraning Lumaku,,yang artinya Pelita Hidup bagi Perjalanan Manusia.

Ruangan pertama yang kami masuki adalah sebuah galeri bawah tanah yang berisi lukisan para putri, raja, gamelan, dakon, dan foto beberapa peristiwa bersejarah di kerajaan Mataram Jawa. Nah, disinilah anda dapat melihat lukisan tiga dimensi seorang permaisuri yang mata dan sepatunya akan terus menghadap kearah anda dari sudut manapun anda melihat. (mbuh piye carane buat lukisan 3 dimensi). Saya tak punya picnya karena kita dilarang mengambil gambar di dalam ruangan. Juga ada lukisan tentang seorang putri yang mencampur adukkan tata pakaian Jogja dan Solo maupun Jawa dan Barat. (bakat designer gt.. )
 




Disini kita juga akan diperkenalkan pada budaya jawa yang sudah mulai luntur seperti aturan bagi seorang wanita yang tidak boleh menaikkan kainnya melebihi 3cm keatas dari mata kaki. (iwaaw,,kalo sekarang ngukurnya bukan dr mata kaki >.< ) begitu juga dengan tarian keraton yang dulu hanya ditarikan oleh para lelaki (kalo sekarang pasti ga payu). Kita juga akan dijelaskan makna filosofis batik-batik yang ada di keraton (kata guidenya kalo mau kondangan jangan pake batik parang,,soalnya artinya ngajak perang) dan ada aturan seperti batik parang dengan panjang motif 20cm hanya boleh dikenakan oleh raja, permaisuri, dan putra mahkota. Juga ternyata ada banyak makna filosofis ditiap hiasan pengantin model Jogja mulai dari 5 buah mentul kepala yang berarti 5 rukun islam sampai motif kainnya. Dan ternyata zaman dulu pemakaian sanggul sebenarnya bagian depan tidak boleh ditinggikan. Juga tentang tari Bedoyo Ketawang yang ditarikan oleh 9 orang perawan (katanya yang kesepuluh Kanjeng Ratu Kidul) yang bercerita tentang kisah cinta raja jawa dengan Kanjeng Ratu.

Ada 2 ruangan yang khusus diperuntukkan bagi Gusti Nurul dan Gusti Tinneke. Gusti Nurul sering dijuluki ‘putri dambaan‘ karena parasnya yang cantik (mirip Alissa Subandono menurutku) dan bakatnya yang segudang. Ia pernah menari di acara pernikahan Putri Juliana dengan suara gamelan yang diperdengarkan melalui telepon dari Solo. Ia juga dipinang oleh Soekarno dan Sutan Sjahrir,tapi ia menolak dengan alasan tak ingin di poligami (akhirnya ada yang nolak bung karno) yang pada masa itu merupakan sesuatu yang tidak biasa karena hampir kebanyakan bangsawan melakukan poligami. Akhirnya pada usia 30 tahun ia menikah dengan seorang anggota militer. (Gusti Nurul masih hidup sekarang, setidaknya saat saya mengunjungi Ullen Sentalu, beliau bertempat tinggal di Bandung). Sedangkan Gusti Tinneke terkenal karena kisah cintanya yang tidak disetujui oleh ibunya. Diruangan itu dipajang surat-surat dari sahabatnya yang kebanyakan berupa puisi yang dilengkapi foto dan nama pengirim. Puisi-puisi itu juga di translate ke beberapa bahasa.

Disepanjang lorong-lorongnya ada banyak arca ganesha dan air mancur. Jika anda mulai lapar ada Beukenhof Restaurant yang menyajikan kuliner Belanda plus interior dan musiknya. Tapi kalo lidah jawa anda tak mau kompromi, cukuplah menikmati empon-empon dengan resep racikan para sekar kedaton yang disuguhkan guide di akhir tour. Kemudian disepanjang  jalan keluar akan ada taman-taman indah yang diperbolehkan untuk diambil gambarnya. Secara keseluruhan tour ini sangat berkesan dan menambah wawasan juga,terutama yang mengaku orang jawa. Meskipun tidak jarang ada wisatawan asing yang bertandang.

thanks to : fatima,,syubban,,harsa,,aripong,,amru,,indro,,masipo,,mb widhi.