pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
Apakah kau masih berbicara selembut dahulu
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku
kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah Mandalawangi.
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin
Apakah kau masih membelaiku selembut dahulu
ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra,
lebih dekat
lampu-lampu berkedipan di jakarta yang sepi
kota kita berdua, yang tau dan terlena dalam mimpinya
kau dan aku berbicara tanpa kata, tanpa suara
ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita
apakah kau masih akan berkata
"kudengar derap jantungmu" ?
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
haripun menjadi malam kulihat semuanya menjadi muram
wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
dalam bahasa yang tidak kita mengerti
seperti kabut pagi itu
manisku, aku akan jalan terus membawa kenangan-kenangan
dan harapan-harapan bersama hidup yang begitu biru.
Nge-Blog Lagi
1 year ago
October 9, 2010 at 7:04 PM
Mahameru, Gn. Semeru, 16 Desember 1969
Yang mencintai udara jernih
Yang mencintai terbang burung-burung
Yang mencintai keleluasaan dan kebebasan
Yang mencintai bumi
Mereka mendaki ke puncak gunung-gunung
Mereka tengadah dan berkata, kesana-lah Soe Hok Gie & Idhan Lubis pergi
Kembali ke pangkuan bintang-bintang
Sementara bunga-bunga negeri ini tersebar sekali lagi
Sementara saputangan menahan tangis
Sementara Desember menabur gerimis
24 Desember 1969
SANENTO YULIMAN
--
btw selama perjalanan pun kadang terngiang2 puisi ini juga :')
October 10, 2010 at 7:07 PM
iyaaa... itu puisinya Gie sebelum beliau meninggal di mahameru.. wah,,tapi sayang pas kesana gadisnya ga ikut.. :(